Senin, 14 Februari 2011

Pilihan Alami, Kontrasepsi Herbal dan Tradisional

Switch to Bahasa Inggris

Kecenderungan masyarakat mencari produk yang alami atau non kimiawi saat ini membuat produk-produk herbal dan tradisional menjadi pilihan tak terkecuali untuk keperluan kontrasepsi. Selama berabad-abad ramuan herbal dan tradisional menjadi andalan untuk mencegah dan menunda kehamilan.

Sebenarnya bagaimana efektivitas kontrasepsi herbal/tradisional dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah saat ini?
Banyak peneliti telah melakukan penelitian terhadap bahan anti kesuburan alami ini dan sejauh ini beberapa penelitian menunjukkan hasil yang menggembirakan dan menjanjikan. Sejauh ini hanya negara Cina dan India yang banyak melakukan penelitian tentang kehandalan kontrasepsi herbal ini. Di Indonesia sendiri penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat di beberapa daerah.

Saat akan mempergunakan kontrasepsi herbal dan tradisional, sebaiknya perlu dipertimbangkan seberapa besar resiko kehamilan anda saat ini? Artinya jika saat ini pasutri dengan alasan apapun dan dalam kondisi apapun benar-benar tidak menginginkan terjadinya kehamilan, maka penggunaan kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan terbaik. Mengapa? Karena kontrasepsi ini lebih ditujukan sebagai kontrasepsi eksperimental atau percobaan kontrasepsi, yang belum memiliki bukti ilmiah yang cukup seperti kontrasepsi modern yang ada saat ini. Tepatnya sebaiknya kontrasepsi herbal/tradisional dipergunakan sebagai kontrasepsi cadangan saja.

Jika anda berusia di bawah 20 tahun kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan bijak karena:
1. Tidak melindungi pasutri dari terjadinya penularan penyakit seksual.
2. Metode kontrasepsi ini belum terbukti secara mutlak dan terukur.
3. Beberapa produk herbal mengandung hormon dan kandungan yang dapat mempengaruhi kerja sistim endokrin (sistim kontrol kelenjar tanpa saluran tubuh yang mengeluarkan hormon) yang muda dan masih terus tumbuh.

M Wien Winarno dan Dian Sundari pada tahun 1997 dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran pernah menuliskan bahwa tak kurang dari 74 jenis tanaman yang secara empiris digunakan sebagai kontrasepsi tradisional di beberapa daerah di Indonesia. Berdasar hasil penelitian yang dikumpulkan tercatat 18 tanaman mungkin dapat digunakan sebagai kontrasepsi wanita serta 13 tanaman untuk kontrasepsi pria.

Selanjutnya Wien Winarno dan Dian Sundari menjelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi asal tanaman perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya terhadap sistem reproduksi baik pada pria atau wanita, sebaiknya digunakan tanaman-tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi yang sifatnya sementara (reversibel) yaitu bila obat tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya normal kembali, sehingga tidak terjadi kemandulan.

Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa jika pasutri dengan sukarela dan sadar mempergunakan kontrasepsi herbal/tradisional sebagai pilihan kontrasepsi utama berarti mereka telah merelakan diri untuk melakukan eksperimen diri dengan resiko kehamilan, karena banyak kontrasepsi herbal/tradisional yang SANGAT tergantung pada pengolahan yang benar dan waktu penggunaan yang tepat.


Read More..

Jumat, 08 Oktober 2010

Menyikapi Bayi Cegukan

Switch to Bahasa Inggris

Bayi dan cegukan adalah hal yang terpisahkan. Cegukan pada dasarnya bukanlah pertanda buruk bayi, hanya saja sering membuat orang tua khawatir. Cegukan adalah sesuatu yang normal, tak perlu dikhawatirkan dan biasanya hilang dengan sendirinya. Sangat jarang pula bayi cegukan menjadi tanda atau gejala dari suatu penyakit serius.

Cegukan terjadi saat diafragma, otot di dasar paru-paru mengalami kejang (kontraksi otot diafragma yang terjadi tiba-tiba). Kekejangan itu menyebabkan pita suara menutup dengan cepat sehingga udara yang hendak masuk ke paru-paru terhambat, dan terdengarlah suara keras, cegukan.

Bagi orang tua yg baru pertama kali punya anak paling khawatir jika bayinya yg masih berumur 0-3 bulan cegukan, padahal cegukan pada bayi terutama setelah minum ASI atau susu botol sebenarnya hal yg biasa dan dialami hampir semua bayi.

Menurut Prof. Mark Widome, MD, pakar kesehatan anak pada Penn State Children Hospital, cegukan kadang diharapkan dan merupakan pertanda bahwa bayi anda telah kenyang dan makan dengan sempurna.

Cek dot minum bayi. Bayi dapat menelan terlalu banyak udara dan cegukan jika lubang dotnya tidak tepat besarnya. Pijat bagian belakang langit-langit mulut dengan kapas yang dibasahi air. Gerakkan kapas itu ke depan dan belakang selama 1 menit atau lebih.

Tak ada obat untuk mengatasi cegukan, tetapi biasanya untuk mengatasinya bayi cegukan saat menyusui, Anda bisa membaringkannya, dan menekuk kedua kakinya hingga ke arah perut. Memberinya air hangat juga bisa membantu. Akan lebih mudah bila menggunakan dot, karena dot akan membukakan faring atau tenggorokan.Cara lain untuk mengatasinya, orang tua juga dapat membantu bayi untuk bersendawa, atau menepuk punggung bayi supaya terjadi sendawa (baca “Bantu Bayi Bersendawa”, Majalah 9months Januari 2010).
Read More..

Senin, 16 Agustus 2010

Puasa dan Analogi Teori Penawaran dan Permintaan (Grafik Supply-demand)


Bagi yang senang belajar ekonomi atau pernah kuliah di ekonomi, melihat dan mengartikan grafik supply-demand (penawaran dan permintaan) tidaklah asing atau sulit. Bagaimana analogi grafik tersebut dengan bulan puasa?

Sumbu Q adalah Quantity (jumlah barang)
Sumbu P adalah Price (Harga barang)

Grafik merah gambar grafik permintaan/demand yang menggambarkan hubungan bahwa semakin banyak pasokan barang di pasaran maka harga akan semakin rendah.
Grafik biru adalah gambar penawaran/supply yang menggambarkan kondisi bahwa semakin banyak jumlah permintaan barang maka harga akan meningkat makin tinggi.

Dalam teori permintaan dan penawaran juga ada istilah yang dinamakan sebagai titik keseimbangan, dimana supply dan demand akan memiliki keseimbangan (equilibium) antara kemampuan pasar menyerap pasokan yang ada di pasaran.

Analogi ini sangat pas terjadi saat kita sedang melakukan ibadah puasa. Hanya saja digambarkan dengan analogi yang mirip, serupa tapi tak sama.

Sumbu Q adalah waktu (T) digambarkan dari subuh sampai maghrib
Sumbu P adalah kualitas (K) digambarkan sebagai variabel kualitas seseorang

Grafik merah dianalogikan sebagai grafik daya tahan tubuh seseorang, dimana makin jauh ia dari waktu subuh maka kondisi fisik cenderung melemah sampai buka puasa saat maghrib.
Grafik biru dianalogikan sebagai grafik kekuatan iman. Kekuatan iman orang puasa di pagi hari sangat lemah dan terus meningkat sampai saatnya berbuka puasa.

Hubungan kedua grafik tersebut penjelasannya demikian, saat pagi hari, biasnya kondisi fisik masih sangat kuat untuk melaksanakan puasa, tetapi sebenarnya tahap inilah yang menentukan, karena pada tahap inilah seseorang sebenarnya memiliki dilema iman yang lemah, sehingga justru umumnya orang yang puasa ingin segera membatalkan puasanya pada tahap awal puasa. Pada akhir waktu puasa (menjelang maghrib), kekuatan iman akan membuatnya bertahan untuk menyelesaikan puasa sampai saat berbuka, meskipun kondisi fisiknya sudah jauh melemah. Sepertinya sayang untuk membatalkan puasa ketika waktu berbuka sudah dekat.

Equilibrium dalam teori analogi ini juga bisa dianalogikan pada anak-anak yang sedang belajar puasa. Mengapa biasanya anak-anak yang sedang belajar puasa selalu mengambil waktu dhuhur sebagai titik berbuka atau waktu ashar sebagai titik keseimbangan kedua untuk berbuka puasa? Itulah titik equilibrium anak-anak...

Lalu akankan sebagai pribadi yang dewasa kita hanya akan mengikuti equilibrium anak atau hanya sekedar memperturutkan diri untuk segera berbuka puasa?
Read More..

Minggu, 08 Agustus 2010

Berburu Masa Subur

Switch to Bahasa Indonesia

Bagi pasutri yang ingin segera memiliki momongan, masa subur menjadi sangat penting. Setiap bulan, pasutri yang sehat akan memiliki kemungkinan memiliki anak sebesar 20 persen. Dan sangat penting diketahui pula bahwa umur sel telur yang memungkinkan terjadinya pembuahan –oleh sperma setelah lepas dari indung telur (ovulasi) dan berdiam di rahim hanya sekitar 12 sampai 24 jam. Sementara sperma sendiri dapat hidup lebih lama antara tiga sampai enam hari. Artinya meskipun pasutri berhubungan intim beberapa hari sebelum terjadi ovulasi, sperma akan tetap hidup dan siap melakukan pembuahan saat sel telur datang. Idealnya adalah hubungan intim dilakukan saat oulasi terjadi. Setelah ovulasi terjadi, maka jendela kesuburan akan segera tertutup sampai saat siklus berikutnya. Hal ini yang menyebabkan mengapa mengetahui kapan masa subur itu menjadi sangat penting.

1. Tandai kalender: Secara umum ovulasi dapat diperkirakan pada separoh siklus menstruasi. Rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari (dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikut). Tetapi panjang siklus bervariasi antara 23 sampai 35 hari. Dengan menyimpan catatan hari pertama menstruasi pada kalender selama beberapa bulan, maka akan dapat diperkirakan terjadinya ovulasi sekaligus bila siklus berhenti dan tanda-tanda mengandung sudah terlihat akan dapat diperkirakan umur kehamilannya. Jika siklus terjadi tak beraturan, maka sebaiknya waspada dan konsultasikan ke dokter.
2. Amati dan dengarkan irama tubuh: Jika anda termasuk wanita dalam 20 persen tersebut, maka biasanya tubuh akan memberikan sinyal saat mana ovulasi terjadi, seperti terjadinya nyeri atau pegal pada bagian bawah perut (biasanya terjadi pada satu sisi – sisi tempat ovulasi).
3. Grafik suhu: Suhu Basal Tubuh, diambil dengan termometer khusus (termometer basal tubuh) yang dilakukan pada pagi hari saat bangun tidur, atau tiga sampai lima jam sebelum tidur. Perubahan suhu basal tubuh ini menunjukkan fluktuasi dari kadar hormon yang terjadi. Selama paruh pertama siklus datang bulan, hormon akan didominasi oleh keberadaan estrogen. Sedangkan paruh kedua (setelah ovulasi terjadi) terjadi peningkatan progesteron. Progesteron akan meningkatkan suhu tubuh dan rahim dalam kondisi subur untuk sel telur menempel. Masih bingung? Penjelasannya adalah saat suhu basal akan mencapai titik terendah saat terjadi ovulasi dan akan meningkat secara dramatis segera setelah terjadi ovulasi. Grafik yang anda buat tidak akan memungkinkan anda membaca prediksi jika hanya dibuat satu bulan, tetapi lakukan secara terus menerus setelah beberapa bulan untuk memprediksi kapan saat suhu terendah terjadi.
4. Mengenali Servik/Leher Rahim: Ovulasi bukanlah suatu proses yang tak terdeteksi. Tubuh wanita biasanya akan merasakan perubahan kadar hormon yang menunjukkan bahwa sel telur akan dilepaskan dari indung telur untuk siap dibuahi. Salah satu pendekatan dan deteksi yang dapat dilakukan adalah posisi leher rahim itu sendiri. Pada awal siklus, leher (bagian antara vagina dan rahim) akan meregang dan melunak seperti layaknya proses kelahiran akan terjadi yang akan memberi kesempatan sperma untuk melakukan perjalanan menuju target mereka yaitu sel telur. Beberapa wanita dapat merasakan hal ini dengan jelas, sementara beberapa yang lain harus memperhatikan perubahan ini dengan lebih seksama. Tanda lain serviks diantaranya adanya perubahan konsistensi lendir serviks (biasanya membuat pakaian dalam lengket).
5. Alat Prediksi Ovulasi: Jika tidak ingin dipusingkan dengan lendir, mencermati tubuh atau gejala lain, maka tak ada salahnya menggunakan alat prediksi ovulasi. Alat ini dapat dibeli dan digunakan dengan menentukan kapan ovulasi terjadi pada 12 sampai 24 jam sebelumnya dengan melihat tingkat hormon lutenizing (LH). Kenaikan kadar LH yang tinggi sesaat sebelum ovulasi dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui masa sebelum ovulasi terjadi. Kadar LH dapat dideteksi melalui darah dan urin. Kadar LH dalam darah dapat diperiksa melalui tes laboratorium, sedangkan kadar LH dalam urin dapat diperiksa melalui alat tes kesuburan berupa strip.

Jadi tidak peduli perangkat atau metode yang Anda pilih, yang penting kuncinya adalah kesabaran dan ketekunan. Apa pun yang membuat Anda dan pasangan Anda nyaman lakukan dengan sungguh-sungguh tanpa harus merasa terbebani target kehamilan.

Read More..

Rabu, 05 Mei 2010

“Breast Engorgement”, Keuntungan dan Kerugiannya

Switch to Bahasa Indonesia

Produksi ASI yang melimpah merupakan harapan banyak ibu menyusui. Tetapi tahukah ibu bahwa produksi susu yang melimpah tersebut harus diimbangi dengan kebiasaan menyusui pada bayi dengan lebih sering. Jika ibu tidak bekerja maka hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagaimana bila ibu adalah seorang karyawan atau pekerja yang harus kembali bekerja setelah lewat masa cuti melahirkan? Inilah yang perlu ibu ketahui.


Breast engorgement adalah kondisi di mana payudara ibu pasca melahirkan terasa sangat penuh oleh ASI, tegang dan nyeri. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara suplai ASI dan kebutuhan bayi. Kondisi ini umum terjadi ketika ibu tiba-tiba berhenti memberikan ASI-nya sebelum waktunya.

Engorgement dapat terjadi:
• Saat pertama kali susu mengalir dalam payudara, selama beberapa hari pertama setelah melahirkan.
• Saat ibu secara normal dan rutin menyusui, tetapi tidak dapat memompa ASI-nya sesuai produksi ASI.
• Ketika ibu dan bayi secara tiba-tiba berhenti menyusui dan mengkonsumsi ASI.
• Saat bayi mulai mengurangi ASI, biasanya terjadi ketika bayi mulai mengkonsumsi makanan padat tambahan, atau saat bayi sakit yang ditandai dengan berkurangnya keinginan/nafsu menyusu.

Payudara mulai memproduksi susu setelah 2 sampai 5 hari sejak melahirkan. Saat itu payudara akan terasa hangat dan berat. Beberapa ibu merasakan terjadi pembengkakan dan ketidaknyamanan karenanya.

Payudara yang terisi ASI secara berlebihan akan terasa bengkak dan sakit, hal ini dapat memacu terjadinya engorgement akut, biasanya karena:
• Menunggu terlalu lama untuk menyusui bayi yang baru lahir (tanpa inisiasi dini).
• Ibu tidak mau menyusui, meskipun produksi ASI cukup.
• Menyusui sedikit sehingga tidak mampu mengosongkan dan menguras payudara dari ASI.

Engorgement akut ini akan menyebabkan bayi sulit untuk menghisap dan menyusu pada ibu dengan benar, sehingga:
• Bayi tidak cukup mengkonsumsi ASI.
• Payudara tidak cukup kosong dan terkuras.
• Putting akan terasa nyeri karena pecah-pecah. Hal ini dikarenakan bayi mencoba menghisap payudara yang terisi penuh. Jika kemudian ibu mengurangi menyusui, maka putting akan kembali meradang dan engorgement akan memburuk.

Gejala

Engorgement payudara ini terjadi ketika ASI yang dikeluarkan saat menyusui atau memompa tidak sebanyak produksi yang terjadi sehingga payudara penuh oleh ASI. Ibu yang mengalami hal ini akan merasakan:
• Payudara terasa membesar, tegang dan sakit. Saat engorgement akut, maka payudara akan membengkak, keras, tampak mengkilap, hangat dan kenyal jika disentuh.
• Ibu akan merasakan putting menjadi rata, dan daerah sekitar puting akan tampak lebih gelap yang disebut areola dan sangat keras.
• Bayi akan kesulitan menemukan puting, dan saat menemukannya maka bayi akan bekerja keras untuk menghisap ASI sehingga puting dapat terluka akibat usaha bayi tersebut.
• Sedikit demam pada ibu (suhu tubuh sekitar 37,8 derajat celcius). Jika suhu tubuh terus meningkat segeralah ke dokter.
• Kelenjar getah bening ibu di sekitar ketiak membengkak dan sakit.

Komplikasi dan akibatnya

Tanpa perawatan, engorgement akut akan menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran ASI pada payudara dan menyebabkan infeksi pada payudara yang dikenal dengan nama mastitis (radang payudara).

Perawatan dan Pengobatan

Pembengkakan payudara ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan dan ibu dapat mengobati dan melakukan perawatannya sendiri di rumah kecuali terjadi gejala infeksi atau mastitis yang mungkin mengharuskan ibu untuk mengkonsumsi antibiotik.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh ibu untuk melakukan perawatan sendiri untuk mengurangi pembengkakan antara lain adalah:
• Jika ibu menyusui, maka perawatan difokuskan untuk meningkatkan aliran ASI dalam payudara dengan lebih sering menyusui. Pastikan bayi menyusui dengan benar dan cukup. Biasanya dengan langkah ini dalam waktu 12 sampai 24 jam kemudian ketidaknyamanan yang dirasakan akan hilang.
• Jika ibu tidak menyusui, pembesaran payudara akan menyebabkan payudara berhenti memproduksi ASI. Biasanya ketidaknyamanan ini akan menghilang bervariasi setelah 1 sampai 5 hari.

Pencegahan

Jika ibu berencana menyusui bayi, maka:
• Mulailah menyusui bayi sesegera mungkin setelah melahirkan dan lanjutkan seterusnya dengan lebih sering, setiap 1 sampai 2 jam sekali selagi ibu terjaga.
• Pemberian ASI setiap 1 sampai 2 jam pada beberapa hari pertama ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya engorgemen.
• Pastikan payudara ibu cukup lunak agar bayi dapat menyusu secara benar. Jika produksi ASI berlebih, maka ibu sebaiknya memompa keluar ASI sampai payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui.
• Usahakan bayi menyusu tak kurang dari 15 menit setiap kali menyusui, meskipun waktu ini dapat berubah seiring pertumbuhan bayi.
Ketika bayi sudah kenyang atau berkurang keinginan menyusuinya, maka:
• Jika produksi ASI tetap tinggi, seka atau guyur payudara dengan air hangat dengan shower. Biarkan air hangat mengalir di seluruh permukaan payudara yang akan memacu pelunakan puting dan ASI yang berlebih akan keluar dengan sendirinya.
• Jika ASI terasa tidak mengalir sempurna, handuk yang direndam air hangat dapat digunakan untuk mebungkus payudara sebelum ibu menyusui. Rangsangan hangat ini akan membantu aliran ASI tetap terjaga.
• Jika ibu bekerja dan kesulitan untuk menyusui secara teratur maka usahakan ibu untuk secara teratur memompa ASI secara manual sekurangnya setiap 3 sampai 4 jam sekali.
Jika engorgement telah terjadi dan ibu tetap ingin menyusui, maka:
• Lunakkan puting dan areola sebelum memulai menyusui untuk mencegah luga pada puting.
• Jika ASI keluar/luber dengan sendirinya, maka kompres dahulu payudara dengan air hangat sebelum menyusui.
• Pompa ASI secara lembut agar jaringan dan selaput yang terdapat dalam payudara tidak terluka. Pastikan payudara terhisap dan terkuras setiap kali selesai menyusui dan ibu dapat menyimpannya dalam lemari pendingin.
• Untuk mencegah pembengakan, tegang, keras dan nyeri yang ditimbulkan ibu dapat melakukan :

o Mengkonsumsi obat-obatan anti peradangan yang non-steroid seperti ibuproven, tentunya dengan resep dokter.
o Kompres dingin setiap 15 menit untuk mencegah kerusakan jaringan pada payudara. Kompres dingin tidak boleh langsung dengan menempelkan es pada payudara yang justru dapat merusak jaringan pada payudara.
o Ibu dapat mencoba menggunakan lembaran kol untuk menutupi payudara dalam bra dan ganti setiap 2 jam sekali. Cara ini dapat cukup membantu, hanya saja cara ini dapat memungkinkan produksi Asi menurun.
o Pakailah bra yang longgar yang tidak menekan payudara. Bra yang terlalu kencang dapat menekan payudara yang pada akhirnya akan mengurangi aliran ASI yang dapat berujung pada penyumbatan aliran ASI dalam payudara.

Jika ibu tidak menyusui dan mengalami engorgement, maka ibu dapat melakukan satu atau beberapa langkah berikut untuk mengurangi ketidaknyaman:
• Jika engorgement sudah terjadi, maka janganlah memompa seluruh ASI secara langsung. Hal ini justru akan memacu produksi susu bertambah banyak dan membuat engorgement menjadi lebih buruk lagi. Pompa ASI secukupnya sampai ibu merasa cukup nyaman saja.
• Ibuproven sebagai pengobatan tambahan.
• Kompres dingin
• Bra yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak menekan.

Bagaimana juga pilihan menyusui atau tidak tetap ada pada ibu. Yang perlu diingat, kualitas ASI tidak tergantikan oleh produksi susu manapun. Lalu apa yang ibu tunggu?
Read More..

Selasa, 06 April 2010

Bantu Bayi Bersendawa

Switch to Bahasa Inggris

Menyusui adalah suatu pengalaman baru bagi tiap ibu yang habis melahirkan. Menegangkan dan selalu menarik karena ketidaktahuan atas apa yang akan dihadapi setelah menyusui. Satu hal yang penting diketahui dan patut dicoba adalah sendawa bayi.

Sendawa bayi akan membantu mengeluarkan udara yang cenderung tertelan selama menyusui. Jika udara ini tidak keluar dan cnderung banyak tertelan saat menyusui dapat mengakibatkan bayi muntah setelah menyusu. Ditengarai kolik dan ketidaknyamanan bayi saat tidur juga disebabkan antara lain oleh timbunan gas ini.

Memicu sendawa pada bayi antara lain dapat diusahakan dengan cara

• Duduk tegak dan meletakkan bayi pada dada Anda. Letakkan dagu bayi pada bahu Anda (bayi menghadap ke belakang) ketika Anda menggendongnya dengan satu tangan, sementara satu tangan yang lain menepuk punggung bayi Anda dengan lembut. Dengan bantuan sedikit goyangan juga dapat dilakukan agar bayi dapat segera bersendawa selesai menyusu.
• Pangku bayi (di atas paha) dengan posisi duduk menghadap ke depan, pegang bayi pada bagian dada seperti menggantung dengan satu tangan, sementara tangan lain menepuk lembut punggung membantu bayi bersendawa.
• Tidurkan bayi pada pangkuan Anda dengan posisi tengkurap. Pastikan kepala bayi tersangga dengan kuat dan posisinya sedikit lebih tinggi dari dadanya. Lakukan hal ini sembari menepuk lembut pungung bayi.

Teknik membantu sendawa ini dapat dilakukan dan dipilih sesuai dengan perkembangan bayi. Ketika bayi Anda semakin besar, Anda tidak perlu khawatir jika anak Anda tidak bersendawa selama atau setelah setiap makan. Hal itu berarti bahwa bayi Anda telah belajar untuk makan tanpa menelan udara berlebihan.

Read More..