Cholelitiasis atau sering dikenal dengan batu empedu adalah timbunan kristal yang terjadi dalam kandung empedu. Jika batu empedu ditemukan dalam saluran empedu maka dinamakan koledokolitiasis.
“Deteksi dini terhadap gangguan cholelitiasis sangatlah penting agar tidak mengganggu kualitas hidup penderita, dan hal ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan fungsi hati, USG dan CT Scan. Bahkan dengan perangkat yang lebih canggih, diagnosis yang paling akurat untuk radang kandung empedu (kolesistitis akut) dapat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung empedu dan bagian atas usus halus”, diungkapkan oleh Dr. Sigit Tjahyono, yang juga selaku Chief of Medical Committee RS Puri Indah.
Secara umum terdapat 3 macam jenis batu yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Batu kolesterol, terjadi saat mana cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Bila cairan empedu menjadi jenuh kolesterol, maka kolesterol menjadi tidak larut dan membentuk endapan. Kasus ini mencapai 80 persen dari kasus penyakit batu empedu.
2. Batu bilirubin, terjadi apabila konsentrrasi bilirubin dalam cairan empedu yang tidak terkonjugasi meningkat. Bilirubin ini mempunyai kecenderungan berikatan dengan kalsium, membentuk presipitat yang tidak larut. Dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin, kalsium bilirubinate dapat mengkristal dan kemudian membentuk batu. Dengan berjalannya waktu, berbagai macam oksidasi yang terjadi mengakibatkan bilirubin mengendap. Karena warnanya, batu ini dikenal sebagai batu hitam.
3. Batu campuran, merupakan campuran kedua macam batu tesebut di atas.
Untuk mewaspadai penyakit ini dapat digunakan patokan 4F:
• Wanita (female) meskipun kaum pria juga bukannya tidak rentan terhadap gangguan ini, karena pola makan yang tidak sehat juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya cholelitiasis.
• Usia 40 tahun (forty)
• Diet tinggi lemak (fatty)
• Masih dalam reproduksi aktif (fertile)
Pada dasarnya penyakit ini tidak perlu dikhawatirkan dan tidak diperlukan penanganan medis selama tidak menimbulkan ketidaknyamanan seperti sakit atau nyeri tertentu. Tetapi untuk mengetahui gejala awal memburuknya cholelitiasis ini biasanya akan terasa gejala-gejala:
• Nyeri di perut kanan atas, kadang kala seperti diperas dan hilang timbul, menyebar ke belakang bahu kanan. Dapat terjadi beberapa menit hingga beberapa jam.
• Demam
• Mual
• Muntah
• Kuning (ikterik)
Untuk memastikan apakah seseorang mengidap cholelitiasis harus dilakukan pemeriksaan medis, karena terkadang pasien merasa hanya seperti gejala maag saja. Pemeriksaan Penunjang untuk mendeteksi adanya batu empedu dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Tes fungsi Hati
2. Pada batu kandung empedu, umumnya Gamma GT dan Alkaline Phosphatase meningkat.
3. USG Abdomen
4. Terlihat gambaran batu pada kandung empedu serta kadangkala dapat terlihat pada saluran empedu.
5. Pemeriksaan lainnya seperti CT Scan apabila pada pemeriksaan USG Abdomen tidak dapat menggambarkan dengan jelas.
Jika telah memasuki tahapan akut (Kolesistitis Akut) maka akan terjadi peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang, peradangan yang terjadi disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebelum merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas secara tiba-tiba, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu.
Sementara Kolesistitis akut tanpa batu (5%) merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah terjadinya:
• Cedera akibat adanya hematom, dll.
• Infeksi yang disebabkan luka bakar
• Sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
Pengaruh infeksi dari penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Gejala batu empedu akut ini antara lain:
• Nyeri di perut kanan bagian atas, bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.
• Mual
• Muntah
• Demam ringan, semakin lama cenderung meninggi.
• Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
Bila terjadi Komplikasi maka akan terjadi
• Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu.
• Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.
• Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus)
Untuk pengobatan maka penderita akan diharuskan untuk dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan dan elektrolit intravena serta tidak diperbolehkan makan maupun minum.
Kemungkinan dokter akan memasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung tetap kosong sehingga rangsangan terhadap kandung empedu dapat dikurangi. Jika diduga ada kolesistitis akut, pasien akan diberi antibiotik sesegera mungkin.
Jika diagnosis sudah dapat dipastikan dan resikonya kecil, biasanya pembedahan untuk mengangkat kandung empedu akan dilakukan pada hari pertama atau kedua sejak pasien dirawat. Jika penderita menderita penyakit lainnya yang dapat meningkatkan resiko pembedahan, operasi akan ditunda sampai pengobatan terhadap penyakitnya tersebut berjalan baik. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat minimal 6 minggu kemudian. Akan tetapi jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu), pembedahan perlu dilakukan segera.
Apabila tidak ditemukan gejala, maka biasanya tidak memerlukan pengobatan, hanya memerlukan perubahan pola makan. Namun apabila batu empedu sudah menyebabkan serangan nyeri berulang walaupun sudah pola makan sudah diatur dengan baik, pasien dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (cholesystektomi).
Cholesistektomi dapat dilakukan secara konvesional atau secara laparoskopik. Sejak laparoskopik dipekenalkan pada tahun 1990, maka kolesistektomi laparoskopik mulai banyak dilakukan dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi.
Kolesistektomi laparoskopi merupakan operasi mengangkat kandung empedu melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
• mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
• memperpendek masa perawatan di rumah sakit.
Read More..