Kecenderungan masyarakat mencari produk yang alami atau non kimiawi saat ini membuat produk-produk herbal dan tradisional menjadi pilihan tak terkecuali untuk keperluan kontrasepsi. Selama berabad-abad ramuan herbal dan tradisional menjadi andalan untuk mencegah dan menunda kehamilan.
Sebenarnya bagaimana efektivitas kontrasepsi herbal/tradisional dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah saat ini?
Banyak peneliti telah melakukan penelitian terhadap bahan anti kesuburan alami ini dan sejauh ini beberapa penelitian menunjukkan hasil yang menggembirakan dan menjanjikan. Sejauh ini hanya negara Cina dan India yang banyak melakukan penelitian tentang kehandalan kontrasepsi herbal ini. Di Indonesia sendiri penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat di beberapa daerah.
Saat akan mempergunakan kontrasepsi herbal dan tradisional, sebaiknya perlu dipertimbangkan seberapa besar resiko kehamilan anda saat ini? Artinya jika saat ini pasutri dengan alasan apapun dan dalam kondisi apapun benar-benar tidak menginginkan terjadinya kehamilan, maka penggunaan kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan terbaik. Mengapa? Karena kontrasepsi ini lebih ditujukan sebagai kontrasepsi eksperimental atau percobaan kontrasepsi, yang belum memiliki bukti ilmiah yang cukup seperti kontrasepsi modern yang ada saat ini. Tepatnya sebaiknya kontrasepsi herbal/tradisional dipergunakan sebagai kontrasepsi cadangan saja.
Jika anda berusia di bawah 20 tahun kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan bijak karena:
1. Tidak melindungi pasutri dari terjadinya penularan penyakit seksual.
2. Metode kontrasepsi ini belum terbukti secara mutlak dan terukur.
3. Beberapa produk herbal mengandung hormon dan kandungan yang dapat mempengaruhi kerja sistim endokrin (sistim kontrol kelenjar tanpa saluran tubuh yang mengeluarkan hormon) yang muda dan masih terus tumbuh.
M Wien Winarno dan Dian Sundari pada tahun 1997 dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran pernah menuliskan bahwa tak kurang dari 74 jenis tanaman yang secara empiris digunakan sebagai kontrasepsi tradisional di beberapa daerah di Indonesia. Berdasar hasil penelitian yang dikumpulkan tercatat 18 tanaman mungkin dapat digunakan sebagai kontrasepsi wanita serta 13 tanaman untuk kontrasepsi pria.
Selanjutnya Wien Winarno dan Dian Sundari menjelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi asal tanaman perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya terhadap sistem reproduksi baik pada pria atau wanita, sebaiknya digunakan tanaman-tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi yang sifatnya sementara (reversibel) yaitu bila obat tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya normal kembali, sehingga tidak terjadi kemandulan.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa jika pasutri dengan sukarela dan sadar mempergunakan kontrasepsi herbal/tradisional sebagai pilihan kontrasepsi utama berarti mereka telah merelakan diri untuk melakukan eksperimen diri dengan resiko kehamilan, karena banyak kontrasepsi herbal/tradisional yang SANGAT tergantung pada pengolahan yang benar dan waktu penggunaan yang tepat.
Read More..