Rabu, 05 Mei 2010

“Breast Engorgement”, Keuntungan dan Kerugiannya

Switch to Bahasa Indonesia

Produksi ASI yang melimpah merupakan harapan banyak ibu menyusui. Tetapi tahukah ibu bahwa produksi susu yang melimpah tersebut harus diimbangi dengan kebiasaan menyusui pada bayi dengan lebih sering. Jika ibu tidak bekerja maka hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagaimana bila ibu adalah seorang karyawan atau pekerja yang harus kembali bekerja setelah lewat masa cuti melahirkan? Inilah yang perlu ibu ketahui.


Breast engorgement adalah kondisi di mana payudara ibu pasca melahirkan terasa sangat penuh oleh ASI, tegang dan nyeri. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara suplai ASI dan kebutuhan bayi. Kondisi ini umum terjadi ketika ibu tiba-tiba berhenti memberikan ASI-nya sebelum waktunya.

Engorgement dapat terjadi:
• Saat pertama kali susu mengalir dalam payudara, selama beberapa hari pertama setelah melahirkan.
• Saat ibu secara normal dan rutin menyusui, tetapi tidak dapat memompa ASI-nya sesuai produksi ASI.
• Ketika ibu dan bayi secara tiba-tiba berhenti menyusui dan mengkonsumsi ASI.
• Saat bayi mulai mengurangi ASI, biasanya terjadi ketika bayi mulai mengkonsumsi makanan padat tambahan, atau saat bayi sakit yang ditandai dengan berkurangnya keinginan/nafsu menyusu.

Payudara mulai memproduksi susu setelah 2 sampai 5 hari sejak melahirkan. Saat itu payudara akan terasa hangat dan berat. Beberapa ibu merasakan terjadi pembengkakan dan ketidaknyamanan karenanya.

Payudara yang terisi ASI secara berlebihan akan terasa bengkak dan sakit, hal ini dapat memacu terjadinya engorgement akut, biasanya karena:
• Menunggu terlalu lama untuk menyusui bayi yang baru lahir (tanpa inisiasi dini).
• Ibu tidak mau menyusui, meskipun produksi ASI cukup.
• Menyusui sedikit sehingga tidak mampu mengosongkan dan menguras payudara dari ASI.

Engorgement akut ini akan menyebabkan bayi sulit untuk menghisap dan menyusu pada ibu dengan benar, sehingga:
• Bayi tidak cukup mengkonsumsi ASI.
• Payudara tidak cukup kosong dan terkuras.
• Putting akan terasa nyeri karena pecah-pecah. Hal ini dikarenakan bayi mencoba menghisap payudara yang terisi penuh. Jika kemudian ibu mengurangi menyusui, maka putting akan kembali meradang dan engorgement akan memburuk.

Gejala

Engorgement payudara ini terjadi ketika ASI yang dikeluarkan saat menyusui atau memompa tidak sebanyak produksi yang terjadi sehingga payudara penuh oleh ASI. Ibu yang mengalami hal ini akan merasakan:
• Payudara terasa membesar, tegang dan sakit. Saat engorgement akut, maka payudara akan membengkak, keras, tampak mengkilap, hangat dan kenyal jika disentuh.
• Ibu akan merasakan putting menjadi rata, dan daerah sekitar puting akan tampak lebih gelap yang disebut areola dan sangat keras.
• Bayi akan kesulitan menemukan puting, dan saat menemukannya maka bayi akan bekerja keras untuk menghisap ASI sehingga puting dapat terluka akibat usaha bayi tersebut.
• Sedikit demam pada ibu (suhu tubuh sekitar 37,8 derajat celcius). Jika suhu tubuh terus meningkat segeralah ke dokter.
• Kelenjar getah bening ibu di sekitar ketiak membengkak dan sakit.

Komplikasi dan akibatnya

Tanpa perawatan, engorgement akut akan menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran ASI pada payudara dan menyebabkan infeksi pada payudara yang dikenal dengan nama mastitis (radang payudara).

Perawatan dan Pengobatan

Pembengkakan payudara ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan dan ibu dapat mengobati dan melakukan perawatannya sendiri di rumah kecuali terjadi gejala infeksi atau mastitis yang mungkin mengharuskan ibu untuk mengkonsumsi antibiotik.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh ibu untuk melakukan perawatan sendiri untuk mengurangi pembengkakan antara lain adalah:
• Jika ibu menyusui, maka perawatan difokuskan untuk meningkatkan aliran ASI dalam payudara dengan lebih sering menyusui. Pastikan bayi menyusui dengan benar dan cukup. Biasanya dengan langkah ini dalam waktu 12 sampai 24 jam kemudian ketidaknyamanan yang dirasakan akan hilang.
• Jika ibu tidak menyusui, pembesaran payudara akan menyebabkan payudara berhenti memproduksi ASI. Biasanya ketidaknyamanan ini akan menghilang bervariasi setelah 1 sampai 5 hari.

Pencegahan

Jika ibu berencana menyusui bayi, maka:
• Mulailah menyusui bayi sesegera mungkin setelah melahirkan dan lanjutkan seterusnya dengan lebih sering, setiap 1 sampai 2 jam sekali selagi ibu terjaga.
• Pemberian ASI setiap 1 sampai 2 jam pada beberapa hari pertama ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya engorgemen.
• Pastikan payudara ibu cukup lunak agar bayi dapat menyusu secara benar. Jika produksi ASI berlebih, maka ibu sebaiknya memompa keluar ASI sampai payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui.
• Usahakan bayi menyusu tak kurang dari 15 menit setiap kali menyusui, meskipun waktu ini dapat berubah seiring pertumbuhan bayi.
Ketika bayi sudah kenyang atau berkurang keinginan menyusuinya, maka:
• Jika produksi ASI tetap tinggi, seka atau guyur payudara dengan air hangat dengan shower. Biarkan air hangat mengalir di seluruh permukaan payudara yang akan memacu pelunakan puting dan ASI yang berlebih akan keluar dengan sendirinya.
• Jika ASI terasa tidak mengalir sempurna, handuk yang direndam air hangat dapat digunakan untuk mebungkus payudara sebelum ibu menyusui. Rangsangan hangat ini akan membantu aliran ASI tetap terjaga.
• Jika ibu bekerja dan kesulitan untuk menyusui secara teratur maka usahakan ibu untuk secara teratur memompa ASI secara manual sekurangnya setiap 3 sampai 4 jam sekali.
Jika engorgement telah terjadi dan ibu tetap ingin menyusui, maka:
• Lunakkan puting dan areola sebelum memulai menyusui untuk mencegah luga pada puting.
• Jika ASI keluar/luber dengan sendirinya, maka kompres dahulu payudara dengan air hangat sebelum menyusui.
• Pompa ASI secara lembut agar jaringan dan selaput yang terdapat dalam payudara tidak terluka. Pastikan payudara terhisap dan terkuras setiap kali selesai menyusui dan ibu dapat menyimpannya dalam lemari pendingin.
• Untuk mencegah pembengakan, tegang, keras dan nyeri yang ditimbulkan ibu dapat melakukan :

o Mengkonsumsi obat-obatan anti peradangan yang non-steroid seperti ibuproven, tentunya dengan resep dokter.
o Kompres dingin setiap 15 menit untuk mencegah kerusakan jaringan pada payudara. Kompres dingin tidak boleh langsung dengan menempelkan es pada payudara yang justru dapat merusak jaringan pada payudara.
o Ibu dapat mencoba menggunakan lembaran kol untuk menutupi payudara dalam bra dan ganti setiap 2 jam sekali. Cara ini dapat cukup membantu, hanya saja cara ini dapat memungkinkan produksi Asi menurun.
o Pakailah bra yang longgar yang tidak menekan payudara. Bra yang terlalu kencang dapat menekan payudara yang pada akhirnya akan mengurangi aliran ASI yang dapat berujung pada penyumbatan aliran ASI dalam payudara.

Jika ibu tidak menyusui dan mengalami engorgement, maka ibu dapat melakukan satu atau beberapa langkah berikut untuk mengurangi ketidaknyaman:
• Jika engorgement sudah terjadi, maka janganlah memompa seluruh ASI secara langsung. Hal ini justru akan memacu produksi susu bertambah banyak dan membuat engorgement menjadi lebih buruk lagi. Pompa ASI secukupnya sampai ibu merasa cukup nyaman saja.
• Ibuproven sebagai pengobatan tambahan.
• Kompres dingin
• Bra yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak menekan.

Bagaimana juga pilihan menyusui atau tidak tetap ada pada ibu. Yang perlu diingat, kualitas ASI tidak tergantikan oleh produksi susu manapun. Lalu apa yang ibu tunggu?
Read More..