Jumat, 30 Oktober 2009

Mendidik Anak Rajin Gosok Gigi


Menjaga kesehatan mulut dan gigi adalah mutlak, karena berhubungan dengan berbagai kondisi serius lainnya seperti periodontitis (penyakit gusi parah) yang berkaitan dengan penyakit jantung, stroke, dan pneumonia bakteri. Rata-rata terdapat 89 persen anak Indonesia di bawah 12 tahun yang menderita penyakit gigi dan mulut1 patut menjadi perhatian karena kondisi itu akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka.

Untuk itu menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, pagi dan malam adalah sesua tu yang harus dibiasakan pada anak. ”Menyikat gigi dua kali sehari adalah mutlak, terutama pada anak karena gigi anak lebih rentan dibandingkan gigi orang dewasa karena enamelnya belum terbentuk sempurna. Jutaan bakteri yang hidup di mulut bisa merusak gigi anak jika mereka tidak menyikat gigi setelah makan dan minum, khususnya di malam hari sebelum tidur. Masalahnya, masyarakat kita masih banyak yang belum tahu kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi,” ungkap drg. Armasastra Bahar, PhD, pakar kesehatan gigi dan mulut..

Data Riset Kesehatan Dasar menyebutkan sebanyak 91,1 persen masyarakat Indonesia menyikat gigi setiap hari, tetapi hanya 7,3 persen yang mengikuti rekomendasi menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Sementara psikolog anak, Fabiola Priscilla mengatakan, ”Menerapkan kebiasaan menyikat gigi pada anak dengan cara yang inspiratif dan menyenangkan untuk menjadi kebutuhan yang harus dilakukan minimal dua kali sehari, sangatlah penting, sedangkan untuk membiasakan kepada anak, memang dibutuhkan tehnik tersendiri, dan cara yang paling utama adalah dengan menciptakan lingkungan, keadaan dan kegiatan yang menyenangkan bagi si anak.”

Dalam kesempatan di sela-sela kampanye ‘Sikat Gigi Pagi + Malam’ yang didukung oleh asosiasi dokter gigi dunia, FDI World Dental Federation dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Nola, personil trio vokal AB Three sekaligus ibu dari tiga anak, mengatakan, “Walaupun saya sudah mulai mengajarkan anak-anak saya mulai usia dini, saya masih perlu bimbingan dan masukan tentang cara kreatif dan menarik agar mereka memiliki inisiatif sendiri untuk menyikat gigi.”

Terungkap pula bahwa dari responden yang disurvey, 37 persen ibu merasakan hal yang sama dan 46 persen ibu mengatakan mereka masih membutuhkan bimbingan (tips & trik) agar mereka dapat mengajak anak-anak mereka untuk menyikat gigi dengan mudah dan meyakinkan bahwa kesehatan gigi dan mulut itu sangat penting.

Kampanye ‘Sikat Gigi Pagi + Malam’ mengetengahkan dua tokoh: Ayah Adi dan Dika, ayah dan anak yang berbagi tips dan trik tentang bagaimana menjadikan menyikat gigi lebih bisa dinikmati, dan tidak menjadi pengalaman buruk bagi orang tua dan anak-anak. Serangkaian iklan televisi akan disiarkan mulai Oktober 2009 mengajak penonton mengikuti perjalanan hidup Ayah Adi yang menggunakan humor untuk mendidik anaknya, Dika, ketika menyikat gigi, khususnya di malam hari.

Untuk informasi lebih lanjut tentang kampanye ‘Sikat Gigi Pagi + Malam dan untuk bertemu dengan Ayah Adi dan Dika, kunjungi situs www.sikatgigipagimalam.com.

Read More..

Rabu, 28 Oktober 2009

Evaluasi Kekerasan Ereksi Anda Sendiri

Switch to Bahasa Inggris

Survey tahun 2008 terhadap 328 pria dan 250 wanita di Indonesia menunjukkan bahwa tak kurang dari 57 persen pria dan 64 persen wanita mengalami ketidakpuasan dengan kehidupan seksual mereka. Survei ini bagian dari penelitian bertajuk APSHOW ((Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness).

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, .Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS mengatakan, ”Ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang memadai untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan, disebut sebagai disfungsi ereksi. Hanya sedikit sekali kasus disfungsi ereksi yang terungkap dan mendapat penanganan medis yang tepat. Sekitar 13% penderita yang sudah tanggap informasi dan mau mencari pengobatan yang benar, sedangkan sebagian besar lainnya menutup diri karena tidak mengerti, malu, mengganggap bukan penyakit dan juga kemungkinan karena dokter yang menangani tidak siap.”

Selanjutnya Prof Wimpie mengatakan bahwa tingkat kekerasan ereksi pada pria menentukan kualitas hubungan seksual. Jika tingkat kekerasan maksimal maka pasangan dapat mendapatkan ingkat kepuasan yang optimal.

Sementtara perusahaan farmasi Pfizer telah mengembangkan teknik evaluasi tingkat kekerasan ereksi pribadi dan pasangan yang dikemas dalam bentuk lima pertanyaan singkat. Teknik ini menghasilkan angka yang disebut sebagai Erection Hardness Score (EHS). Mikin tinggi angka EHS makin maksimal tingkat kekerasan yang dihasilkan dari ereksi. Untuk melakukan evaluasi Disfungsi Ereksi sendiri, pembaca dapat mengunjungi situs www.vi-lounge.com.

Read More..

Senin, 19 Oktober 2009

Dilema Pelayanan Kontrasepsi Bagi Remaja Dan Pra Nikah

Switch to Bahasa Inggris

Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan di Indonesia saat ini memerlukan perhatian yang lebih sungguh-sungguh oleh pihak-pihak terkait. Pendekatan yang dilakukan haruslah melalui pendekatan hak individu (right based approach) yang menjamin terpenuhinya hak semua individu, khususnya perempuan untuk mendapatkan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

Sayangnya untuk kelompok remaja dan wanita yang belum menikah (unmarried woman) tidak terdapat badan atau institusi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk melayani keperluan pelayanan KB dan penyebaran informasi kesehatan reproduksi. Hal ini terungkap saat pemaparan oleh kepala BKKBN Dr. Sugiri Syarief, MPA pada jumpa pers dalam rangka Hari Kontrasepsi Dunia yang diadakan di Jakarta minggu lalu (8/10).

Saat ini terdapat sebanyak 64 juta remaja (usia 10-24 tahun) atau sekitar 28,6 juta persen jumlah penduduk Indonesia. Dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007 memperlihatkan adanya satu persen wanita dan 5 persen laki-laki remaja yang setuju bila mwlakukan hubungan seks pra nikah. Bila perilaku ini berlanjut dan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksikurang, maka akan terdapat kemungkinan kehamilan yang tidak diharapkan yang pada ujungnya akan memicu terjadinya aborsi yang tidak aman.

“Dalam hal ini BKKBN tidak dapat melayani kebutuhan remaja dan unmarried woman tersebut karena tidak adanya mandat dan undang-undang yang melegalkan pelayanan bagi mereka,” ungkap Sugiri lebih lanjut. Hal inimenjadi tantangan bagi pembuat eputusan di tingkat legislatif dan semua unsur masyarakat termasuk pemuka agama dalam mencari solusi yang tepat agar program KB Nasional dapat sukses.

Read More..